Definition List

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Sunday, March 21

USRAH KELIMA [29 muharram 1425h/210304]

Fiqh Islam

TAHARAH/BERSUCI


Untuk menyempurnakan ibadah seperti solat hendaklah seseorang itu bersuci terlebih dahulu. Rasulullah SAW bersabda:

Artinya:
“Bersuci adalah anak kunci solat”.

Artinya, apabila seseorang melakukan ibadah seperti solatt tanpa menghilangkan najis atau mengangkat hadasnya, maka tidak sahlah ibadahnya itu atau ibadah itu akan ditolak oleh Allah SWT. Begitu besar dan pentingnya thaharah atau bersuci itu dalam Islam sehingga ia mesti diutamakan oleh seseorang yang hendak mengerjakan ibadah.

Jenis-jenis Air

Sebelum kita membicarakan lebih lanjut tentang bersuci, perlu kiranya kita mengenal jenis-jenis air yang dapat digunakan untuk bersuci, yang disebut dengan air mutlak. Iaitu air yang suci yang juga dapat digunakan untuk mensucikan lainnya, iaitu air yang turun dari langit atau yang keluar dari bumi yang belum dipakai untuk bersuci. Air mutlak ini ada beberapa jenisnya, diantaranya adalah air hujan, air embun, air salju, air laut, air sungai, air mata air, dan air perigi/sumur.


Pembahagian Air

Air juga dibagi kepada empat kategori berhubung dengan tingkat kesuciannya dalam pandangan syariat:


1. Air yang suci yang juga dapat digunakan untuk bersuci, serta mensucikan lainnya dan tidak makruh menggunakannya. Air ini dinamakan air mutlak

2. Air yang suci dan dapat digunakan untuk bersuci, akan tetapi makruh menggunakannya, yaitu air yang dijemur di bawah terik matahari dalam waktu yang lama (sampai 6 bulan) di dalam wadah yang dapat berkarat seperti: besi, timah,dsb. Hal ini hanya berlaku di tempat-tempat yang panasnya sangat terik dan panjang seperti di Timur Tengah. Disamping itu, air yang sangat sejuk juga makruh digunakan.

3. Air yang suci tetapi tidak dapat dipakai untuk bersuci dan tidak dapat mensucikan lainnya, ia disebut air mustakmal. Air ini dapat dipakai seperti untuk minum, membersihkan kotoran-kotoran pada badan, pakaian, dan lainnya.Beberapa contohnya adalah:

a) Air bekas dipakai pada basuhan yang pertama untuk mengangkat hadas, seperti berwudhuk atau mandi, atau untuk menghilangkan najis selama jumlah (volumenya) tidak bertambah sebelum dan sesudah disiram keatas najis hukmiyah. (Lihat perbahasan najis)

b)Air yang berubah setelah bercampur dengan sesuatu yang suci yang larut di dalamnya, seperti air teh, kopi, air mawar, dll.

4. Air mutanajis ialah air yang kena najis atau kemasukan najis sedangkan volumenya kurang dari dua kolah (atau 250 L). Air ini tidak suci sehingga tidak dapat dipakai seperti untuk air minum, dan kalau diminum haram hukumnya dan berdosa orang yang meminumnya. Ia juga tidak dapat mensucikan lainnya dan juga tidak dapat dipakai untuk bersuci. Akan tetapi kalau air mutanajis ini bertambah jumlahnya sampai lebih dari dua kolah atau 250 L, serta warna, bau , dan rasanya tidak berubah, maka ia menjadi air mutlak semula dan boleh dipakai untuk bersuci.


Bersuci itu ada peringkat-peringkatnya

1. Bersuci dari perkara-perkara yang mencemarkan (fudhul) seperti debu, kotoran, daki, bulu/rambut, dll
2. Bersuci dari najis dan hadas
3. Bersuci dari dosa yang dilakukan oleh tujuh anggota badan seperti mata, mulut, telinga, tangan, kaki, hidung, dan kemaluan
4. Bersuci dari sifat-sifat mazmumah
5. Bersuci dari perkara yang melalaikan dari mengingati Allah


Bersuci Dari Perkara Yang Mencemarkan (Fudhul)

Yang dimaksudkan dengan perkara yang mencemarkan (fudhul) ini adalah perkara-perkara yang bukan najis tetapi ia mengotori badan sehingga membuat badan berbau, kotor dan tidak nyaman. Contohnya adalah seperti debu, keringat, daki dll. Hukumnya adalah sunat, yakni apabila dikerjakan karena Allah mendapat pahala, tetapi apabila ditinggalkan tidak berdosa, jadi kedudukannya sebaiknya dikerjakan. Diantara perkara fudhul ini adalah sebagai berikut:

1. Kotoran dan kutu di rambut, kotoran di telinga dan di celah-celah jari kaki dan tangan, kotoran di dalam hidung, daki hasil penumpukan keringat dan debu di seluruh badan. Ini semua dapat dihilangkan dengan cara mandi menggunakan sabun dan syampoo secara teratur dengan memperhatikan celah-celah atau tempat-tempat dimana kotoran ini biasa bertumpuk. Sedangkan kotoran gigi dan ujung lidah dibersihkan dengan istiqamah bersugi atau menggosok gigi. Seperti sebelum mengerjakan solat, sesudah makan, sesudah bangun tidur, dan pada waktu merasa mulut berbau. Rasulullah SAW sangat menganjurkan hal ini dengan sabdanya:

Artinya:
“Sekiranya takkan sangat memberatkan kepada umatku, sungguh akan kusuruh mereka bersugi setiap akan solat”.

2. Bulu ketiak, dan bulu ari-ari dianjurkan untuk dicukur minimal setiap 40 hari sekali, sebab kalau dibiarkan ia dapat menjadi sumber kekotoran yang dapat menimbulkan bau yang kurang sedap. Bagi lelaki rambut kepala danjurkan untuk dicukur, kalau tidak maka dibiarkan panjang tapi dirapikan tanpa menimbulkan kesan seperti wanita.Misai hendaknya diandam dan dipotong ujungnya agar tidak
menutup mulut.

Dan begitu juga kuku jari kaki dan tangan dipotong agar tidak sampai menjadi tempat berkumpulnya kotoran. Cara memotong kuku jari tangan adalah mulai dari jari telunjuk yang kanan terus melingkar ke arah kanan sampai kelingking yang kanan, terus disambung dari kelingking kiri kembali ke ibu jarikiri dan berakhir di ibu jari kanan. Dan untuk memotong kuku jari kaki mulai dari kelingking kanan ke sebelah kiri sampai kelingking sebelah kiri.


Bersuci Dari Najis.

Najis terbahagi kepada tiga kategori

a)najis mukhaffafah
b)mutawasitah
c)mughallazah

Najis mukhaffafah artinya najis ringan, seperti air kencing anak lelaki yang belum makan apa-apa selain dari air susu ibu. Sedangkan najis mughallazah adalah najis berat, seperti daging anjing dan babi dan keturunan dari keduanya atau salah satu dari keduanya. Dan bagian-bagian tubuh lainnya daripada anjing dan babi, seperti bulunya, tulangnya, air liurnya dan najisnya.

Najis mutawasitah pula artinya najis pertengahan. Yang termasuk di dalamnya adalah semua najis kecuali yang tergolong ke dalam najis mukhaffafah dan mughalazah. Seperti segala sesuatu yang keluar dari kubul dan dubur manusia dan binatang kecuali air mani, barang cair yang memabukkan, susu haiwan yang dagingnya tidak boleh dimakan seperti harimau, gajah, dll. Selain itu daging bangkai juga tulang dan bulunya, kecuali bangkai manusia, ikan dan belalang, dll.

Najis secara sifatnya dibagi juga kepada dua, yaitu:

Najis ainiyah, ialah najis yang ada wujudnya iaitu ada warna, rasa, dan baunya yang dapat dilihat, dirasa atau dicium.
Najis hukmiyah: ialah najis yang tidak kelihatan wujudnya seperti bekas air kencing atau arak yang sudah kering.

Cara mensucikan barang yang kena najis:

Untuk mensucikan najis mutawasitah, caranya adalah dengan dibuang najisnya terlebih dahulu. dihilangkan dulu warna bau dan rasanya. Kemudian, apabila sudah dicuba dengan berbagai cara namun masih belum hilang bau atau warnanya maka dimaafkan. Setelah itu baru dilalukan air keatasnya seperti disiram, atau dikucurkan air sedikit keatas permukaan tempat yang kena najis kemudian ditaruh kain lap diatasnya sehingga air itu terserap ke dalam kain lap itu. Dengan begitu air tadi telah melalui tempat yang terkena najis itu.

Najis mughallazah pula caranya sama dengan najis mutawasitah tetapi selepas itu ditambahkan dengan enam kali basuhan dengan cara menyirami tempat yang kena najis, yang salah satunya menggunakan air yang sudah dicampur dengan tanah yang suci. Jadi apabila menggunakan air sungai yang telah berwarna kecoklatan karena bercampur dengan lumpur, maka tak perlu lagi mencampurnya dengan tanah. Sedangkan untuk menghilangkan najis mukhaffafah hanya cukup memercikkan air ke seluruh permukaan yang kena najis.

Najis yang dimaafkan:

Najis ini kedudukannya tetap najis, akan tetapi oleh karena satu keadaan maka ia dimaafkan atau tidak wajib disucikan dalam mengerjakan ibadah seperti solat. Tetapi apabila keadaan itu telah berakhir, maka berlakulah keadaan asalnya, iaitu najis.
Contohnya seperti darah nyamuk yang sedikit yang terkena pakaian ketika hendak solat tak perlu dibuang dan solatnya sah. Akan tetapi bila mencuci pakaian tersebut sehingga menyebabkan ia bercampur dengan air yang sedikit, maka air itu menjadi mutanajjis.

Selain dari itu adalah bangkai serangga yang tidak mengalir darahnya yang jatuh tidak sengaja ke dalam air yang sedikit atau kedalam minuman seperti kopi. Maka air atau kopi itu tetap suci dan boleh diminum, akan tetapi terlebih dahulu hendaklah membuang bangkai itu dengan menggunakan alat seperti sendok.

Walau demikian, perlu diingat bahwa bangkai beserta sedikit air yang terbawa dalam sendok itu hukumnya menjadi najis karena ia dipindahkan dengan kesengajaan. Sehingga apabila bangkai itu sudah dibuang dari sendok, maka tinggallah najis hukmiyah pada permukaan sendok. Selanjutnya harus dialirkan air keatasnya agar ia dapat menjadi suci dan dapat digunakan untuk keperluan yang lain. Diantara najis yang dimaafkan juga adalah debu yang bercampur najis yang sudah kering atau lumpur yang bercampur najis yang sedikit terkena badan atau pakaian kita disebabkan sukar menghindarinya.

Bersuci Dari Hadas

Hadas adalah satu perkara yang mewajibkan seseorang mandi atau berwudhuk untuk mengerjakan ibadah seperti solat, haji, dll. Hadas terbagi kepada dua, iaitu hadas kecil dan hadas besar.

Hadas kecil, yaitu satu perkara yang mewajibkan seorang berwudhuk untuk mengerjakan ibadah seperti solat. Jadi seorang mesti berwudhuk lebih dahulu agar hadasnya terangkat sehingga ibadahnya seperti solat menjadi sah disisi syariat.

WUDHUK
Dalil wajib wudhuk terdapat dalam surah Al-Maidah ayat ke 6

Apakah syarat-syarat berwudhuk?

1. Islam
2.mumayyiz, yaitu dapat membezakan yang baik dari yang buruk
3. Tidak berhadas besar
4. Menggunakan air yang mutlak
5. Tidak ada yang menghalangi air sampai ke anggota wudhuk, seperti cat etc
6. Mengetahui mana yang wajib dan mana yang sunat

Kemudian fardhu wudhuk ada enam perkara:
1. Niat ketika membasuh muka. Bacaan niat ialah:
Artinya:
“Sengaja aku berwudhuk untuk menghilangkan hadas kecil fardhu karena Allah ta’ala”.
2. Membasuh seluruh muka (bermula dari tempat tumbuh rambut kepala hingga ke bawah dagu, dan dari telinga kanan ke telinga kiri)
3. Membasuh kedua tangan sampai siku. Sebaiknya dilebihkan sedikit dari batas siku.
4. Mengusap sebahagian rambut kepala.
5. Membasuh kedua kaki sampai mata kaki
6. Tertib (berturut-turut), artinya mendahulukan mana yang harus didahulukan dan mengemudiankan mana yang harus dikemudiankan.

Untuk lebih menyempurnakan wudhuk sangat dianjurkan sekali untuk mengamalkan sunat-sunat berwudhuk, seperti:
1. Membaca basmalah pada waktu hendak berwudhuk
2. Membasuh kedua telapak tangan sampai pergelangan
3. Berkumur-kumur
4. Menghirup air ke dalam rongga hidung
5. Mengusap seluruh kepala dengan air
6. Mendahulukan anggota yang kanan dari yang kiri
7. Mengusap kedua telinga luar dan dalamnya
8. Menjadikan bilangan berwudhuk tiga kali
9. Menyela-nyela jari tangan dan kaki
10. Membaca doa sesudah wudhuk sambil menghadap kiblat. Bacaan doanya adalah:

Artinya:
“Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang disembah melainkan Allah dan tidak ada yang menyengutukan bagiNya. Dan aku bersaksi bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad adalah hambaNya dan UtusanNya. Ya Allah, jadikanlah aku tergolong kedalam golongan orang yang bertaubat, dan jadikanlah aku tergolong ke dalam golongan orang yang suci, dan jadikanlah aku termasuk golongan orang yang soleh”.

Membaca doa dalam setiap gerakan wudhuk seperti berikut,

Selepas membaca basmalah hendaklah membaca doa berwudhuk:
“Ya Tuhan aku berlindung kepada Engkau daripada syaitan dan aku berlindung kepadaMu agar iblis tidak mendekatiku”.

Kemudian pada waktu hendak membasuh telapak tangan, bacalah doanya sebagai berikut:
Ya tuhan, aku memohon kepadaMu keuntungan dan berkat dan aku berlindung kepadaMu dari celaka dan kebinasaan”.

Pada waktu berkumur-kumur doanya:
“Ya Tuhan berilah aku bantuan untuk selalu membaca kitabMu dan mengingat namaMu”.

Pada waktu menghirup air sampai ke pangkal hidung dibaca doa:
Ya Tuhan hembuskanlah kepadaku bau syurga dalam keredhaanMu”.

Pada menghembuskan air keluar baca doanya:
Ya Tuhan aku berlindung kepadaMu dari bau neraka dan dari masuk ke rumah buruk itu”.

Pada waktu membasuh muka dibaca doanya:
“Ya Tuhan, putihkanlah wajahku dengan cahayaMu, di hari wajah para WaliMu putih bercahaya-cahaya, dan janganlah dihitamkan wajahku degan kabut kegelapan di hari hitam menggelap wajah musuh-musuh Allah”.

Pada waktu membasuh tangan kanan doanya:
“Ya Tuhan, berikanlah kitabMu nanti dari kananku, dan kenakanlah daku perhitungan yang ringan”.

Sedangkan pada waktu membasuh tangan kiri membaca:
Ya Tuhan aku berlindung kepadaMu agar jangan kitabku diberikan dari kiri atau dari belakangku”.

Pada waktu membasuh kepala bacalah doa:
Ya Tuhan liputilah daku dengan rahmatMU, turunkanlan kepadaku berkatMu dan berilah aku naungan di bawah ‘arasyMu pada hari yang tak ada naungan kecuali naunganMu”.

Ketika membasuh telinga baca doa berikut:
Ya Tuhan, jadikanlah daku termasuk orang yang mendengar kata lalu mengikut yang terbaik. Ya Tuhan perdengarkanlah ke telingaku suara pemanggil ke Syurga beserta orang baik-baik”.

Pada waktu menyapu/membasuh kaki kanan kita baca:
Ya Tuhan, tetapkanlah kakiku ketika meniti Shiratal mustaqim pada hari, dimana banyak kaki tergelincir ke Neraka”.

Kemudian ketika membasuh kaki kiri kita baca:
“Ya Tuhan, aku berlindung kepadaMu semoga jangan tergelincir kakiku dari titian Shiratal mustaqim, pada hari dimana tergelincir kaki orang-orang munafik”.

Perkara Yang Membatalkan Wudhuk:

Diantara perkara yang akan membatalkan wudhuk adalah sebagai berikut:

1. Keluar sesuatu dari dua jalan, kubul atau dubur, misalnya buang air kecil atau besar, keluar angin,air mani,mazi dan wadi etc.
2. Hilang akal sebab gila, pengsan, mabuk atau tidur nyenyak
3. Bersentuh kulit antara lelaki dan perempuan yang bukan muhrimnya dengan tidak memakai tutup (Bukan muhrim ertinya orang yang boleh menikah dengannya).
4. Tersentuh kemaluan (qubul atau dubur) dengan tapak tangan atau jari-jari sebelah dalam (bagian yang putih) walaupun kemaluannya sendiri.



Hadas Besar


Hadas besar adalah perkara yang menyebabkan seseorang wajib mandi junub untuk mengerjakan ibadah seperti solat. Artinya, ibadah-ibadahnya seperti solat itu baru sah jika ia telah mandi junub.

Diantara sebab-sebab yang mewajibkan mandi adalah:
1. Bersetubuh, atau bertemunya dua khitan walaupun tidak keluar mani.
2. Keluar mani
3. Mati yang bukan mati syahid
4. Haid
5. Nifas
6. Wiladah

Fardhu mandi ada tiga:
1. Niat dengan lafaz:

“Sengaja aku mandi wajib untuk mengangkat hadas besar fardhu karena Allah ta’ala”.

2. Menghilangkan najis pada badannya
Menyampaikan air ke seluruh tubuh dari kepala hingga ke hujung kaki. Termasuk lubang dubur sedalam kira-kira sebuku jari, yang juga merupakan anggota badan yang lahir yang mesti dikenakan air.

Agar mandi junub lebih sempurna maka sangat dianjurkan mengerjakan sunat-sunat mandi sebagai berikut:
1. Menghadap kiblat
2. Membaca basmalah pada waktu hendak mandi
3. Berwudhuk sebelum mandi
4. Menggosokkan tangan ke seluruh badan dan dicukupkan tiga kali basuhan
5. Mendahulukan anggota yang kanan
6. Tertib sebagaimana diatas

Perkara-perkara yang mesti dijauhi oleh orang yang berjunub:
1. Mengerjakan solat
2. Mengerjakan thawaf
3. Memegang mushaf Al Quran
4. Membaca kita suci Al Quran
5. Berdiam diri di dalam masjid (I’tikaf)

Bagi wanita yang sedang haid dilarang melakukan perkara-perkara seperti diatas ditambah dengan yang berikut:
1. Bersetubuh atau bersenang-senang dengan apa yang ada diantara pusat dan lutut
2. Berpuasa, yang wajib maupun sunat
3. Bagi para suami dilarang menceraikan istrinya dalam keadaan itu.


Tayammum

Tayammum di segi syarak adalah menggunakan tanah yang bersih/suci seperti debu atau pasir bagi menyapu muka dan tangan untuk mengangkat hadas dengan persyaratan syarak sebagai pengganti wudhuk atau mandi junub.

Syarat-syarat yang membolehkan tayammum:
1. Telah masuk waktu shalat
2. Telah berusaha mencari air tetapi tidak mendapatkannya
3. Berhalangan menggunakan air, misalnya karena sakit anggota wudhuknya yang dapat memudharatkan bila kena air.
4. Menggunakan debu, pasir atau tanah yang suci

Rukun tayammum ada empat:
1. Niat, dengan lafaz:
“Sengaja aku bertayammum untuk membolehkan mengerjakan shalat karena Allah ta’ala”.
2. Mengusap muka dan dua telapak tangan sampai ke siku cukup sekali dengan debu yang suci
3. Meratakan debu yang suci itu pada seluruh anggota tayammum, iaitu muka dan kedua tangan
4. Tertib melakukannya.

Kemudian sunat-sunat tayammum yang dapat menyempurnakannya adalah:
1. Membaca basmalah
2. Mendahulukan anggota yang kanan daripada yang kiri
3. Menipiskan debu dengan mengadukan sisi kedua telapak tangan sebelum mengusap anggota tayammum
4. Membaca doa seperti doa sesudah berwudhuk

Disamping itu ada juga perkara-perkara yang membatalkan tayammum, seperti:
1. Semua yang membatalkan wudhuk
2. Melihat air sebelum mengerjakan shalat
3. Murtad, keluar dari Islam.

Perlu diingat bahwa dengan tayammum seseorang hanya boleh mengerjakan satu ibadah yang fardhu saja dan ditambah dengan ibadah yang sunat-sunat.

sumber:qatrunada.com,my buku usrah 2001/02